Tahun
ini terpaksa aku melewati Idul fitri tanpa siapapun, ya begitulah nasib
perantauan, sudah terbayang oleh ku betapa sunyi hari-hari
ku kedepan. Seperti malam panjang yang tak akan ada bintang bersolek di
langit malam. Pekat dan kelabu akan mengarak hari ku dengan galau rindu
yang keruh.
Tinggal
menghitung hari ramadhan akan melangkah pergi, bulan yang penuh
Ampunan, rahmat dan Magfirah ini akan menutup bukunya. Dalam hari-hari
terakhir ini aku sudah mulai menghendus aroma mudik tercium dengan
tajam.
Teman-teman sekampusku sudah pada mudik, terlihat raut ceria di mata mereka.
Jujur aku iri melihat pemandangan itu. Tapi aku tepis jauh-jauh, masih banyak yang harus ku kelarin tahun ini agar target dapat terpenuhi. Aku menarik
nafas lesu menatapi pintu-pintu kos yang tertutup rapi tanpa penghuni untuk
sejenak waktu. Satu persatu mereka menghilang dan
meninggalkan sunyi.
Sepi seketika mengepung bangunan berlantai dua itu. Udara dingin
menerobos dari pintu menuju balcon yang di biarkan terbuka lebar. Ku
meraih remote televisi yang hampir reot dimakan zaman. Acara di dominasi
oleh sinetron membuat aku malas berlama-lama menatapi kotak hitam
persegi embat itu.
Aku
mencoba mengintip langit malam dari balcon, ada pijar bintang tersipu
malu-malu di balik bahu awan. Bulan juga tak ketinggalan memamerkan
sinarnya tapi lagi-lagi terhalang oleh awan tipis yang berarak ke timur.
Sepoi angin membelai paras ku yang kuyu karena letih dengan setumpuk
Tugas dan kerjaan. Ku biarkan lamunan merembat pelan dialam bawah sadar ku.
Biasanya
kala takbir bertaburan di segala penjuru, bergema dari mesjid dan
mushola terdekat saling bersahutan. Air mata ini tumpah begitu saja, ada
keharuan merembes dalam lubuk hati ku, ahmpir sebulan penuh telah di jalanin
dengan sunguh-sungguh namun hasilnya hanya Dia Yang Maha Tahu apakah
ibadah itu layak mendapat imbalan pahala.
Air
mata kerinduan itu juga mengenang ramainya jalanan yang di penuhi
bergerombol orang menyambangi rumah ke rumah lain untuk saling
memaafkan. Tak lupa satu hal yang membuat aku begitu kangen rumah, yaitu
aroma masakan dan lezatnya santapan lebaran khas ala mama ku tersayang
Ku
sandarkan kepala dalam bahu kursi, ku biarkan hati ku menyelami sepi
ini sampai dasarnya. Aku hampir terlelap di ruang Tamu kos ku, ketika
jarum jammenunjuk ke angka 23.00, Aku memutuskan untuk
mengakhiri hari ini di tempat tidur. Semoga lewat mimpi aku bisa terbang
jauh ke kampung halaman ku, bersua dan berkumpul dalam nuansa tawa dan
kehangatan keluarga ku.
Nasib
oh nasib, mudik hanya dalam angan yang tak akan menjadi nyata bagi ku
untuk tahun ini. Tapi, Buat yang mudik hati-hati di jalan dan semoga
sampai di tujuan masing-masing dengan selamat,, Mama, Papa mohon maaf untuk tahun ini lebaran kita akan terpisah oleh jarak dan waktu,,, tanpa mengurangi rasa kangen, ku ucap selamat lebaran dari kejauhan semoga lebaran tahun ini lebih bermakna dan berkah buat kita semua.
0 komentar:
Posting Komentar